Rabu, 02 November 2011

pembalutan dan pembidaian


PEMBALUTAN
Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian tubuh tertentu agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.
TUJUAN
1. menahan sesuatu – misalnya bidai (spalk), kasa penutup luka, dan sebagainya – agar tidak bergeser dari tempatnya
2. menahan pembengkakan (menghentikan pendarahan: pembalut tekanan)
3. menunjang bagian tubuh yang cedera
4. menjaga agar bagian yang cedera tidak bergerak
5. menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi.

MACAM
1. Mitella (pembalut segitiga)
2. Dasi (cravat)
3. Pita (pembalut gulung)
4. Plester (pembalut berperekat)
5. Pembalut lainnya
6. Kassa steril

1. MITELLA (pembalut segitiga)
· Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm
· Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
· dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.
2. DASI (cravat)
· Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.
· Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.
· Cara membalut:
o Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
o Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat arahnya saling menarik
o Kedua ujung diikatkan secukupnya.
3. PITA (pembalut gulung)
· Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang paling sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan darah, serta tidak mudah kendor.
· Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
o 2,5 cm : untuk jari-jari
o 5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan
o 7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
o 10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
o 10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.
· Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):
o Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
o Pastikan bahwa perban tergulung kencang
o Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka (distal), lalu balut lurus 2 kali.
o Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi duapertiga bagian sebelumnya.
o Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan peniti atau jepitan perban.

4. PLESTER (pembalut berperekat)
· Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara pembidaian langsung dengan plester disebut strapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya difiksasi dengan plester.
· Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid, Handyplast dsb).
· Cara membalut luka terbuka dengan plester:
o luka diberi antiseptik
o tutup luka dengan kassa
o baru letakkan pembalut plester.

5. PEMBALUT LAINNYA
· Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril. Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar.
· Sofratulle: kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika. Digunakan untuk menutup luka-luka kecil.
6. Kassa steril
· Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum digunakan.
· Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati (misalnya sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.

Prosedur Pembalutan:
1. Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini:
· Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
· Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
· Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
· Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu dibidai/tidak?)
2. Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
3. Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:
· Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka selama didesinfeksi.
· Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
· Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
· Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
· Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
· Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan cara:
· Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
· Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama 15 menit.
· Pengikatan dengan tourniquet.
o Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
o Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
o Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
o Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan dengan kasa steril.
· Elevasi bagian yang terluka
4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:
· Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi
· Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
· Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
· Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling bawah letaknya di sebelah distal.
· Tidak mudah kendor atau lepas.

PEMBIDAIAN

Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:
1. Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak jaringan lemah, otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya syok karena rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga mencegah terjadinya indfeksi tulang.
Pembidaian tidak hanya dilakkukan untuk immobilisasi tulang yang patah tetapi juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor sehingga gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.

Prinsip pembidaian
1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan pembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
Tanda dan gejala patah tulang:
· Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang: pembengkakan, memar, rasa nyeri.
· Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
· Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak sama bentuk dan panjangnya.
· Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak dapat digunakan lagi.
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.

Prosedur Pembidaian
1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu pada sendi yang sehat.
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.
6. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
7. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
8. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

Senin, 17 Oktober 2011

Paradigma Psikologi Kepribadian Psikoanalisis

DEFINISI KEPRIBADIAN
Kepribadian memiliki banyak arti karena memiliki perbedaan sudut pandang para ahli yang didasarkan dari hail penelitian, cara pengukuran, maupun teori yang dikemukakan.
Definisi kepribadian menurut beberapa ahli sebagai berikut:
1.   Koswara (1991) dalam pengertian sehari-hari, kepribadian adalah bagaimana individu menampilkan dan menimbulkan kesan bagi individu lain
2. Allport (1937), kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem-sistem psikofisis di dalam individu yang menentukan penyesuaian yang khas terhadap lingkungannya.
3.    Maramis (1999), kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang teru-menerus terhadap hidupnya.
4.       Freud yang dikutip oleh koswara (1991, kepribadian adalah suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego, dan superego.
Jadi, kepribadian meliputi segala corak tingkah laku idividu yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap diri sendiri dan lingkungan sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.

TEORI PSIKOANALISIS 
Sigmund Freud adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan pendiri aliran psikoanalisis dalam psikologi. Ia lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia, yang sekarang dikenal sebagai bagian dari Republik Ceko.
Psikoanalisis adalah gerakan yang mempopulerkan teori bahwa motif tidak sadar mengendalikan sebagian besar perilaku. Freud tertarik pada hipnotis dan penggunaannya untuk membantu penderita penyakit mental. Ia kemudian meninggalkan hipnotis untuk asosiasi bebas dan analisis mimpi guna mengembangkan sesuatu yang kini dikenal sebagai “obat dengan berbicara”. Hal-hal seperti ini menjadi unsur inti Psikoanalisis. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.
Menurut Freud psikoanalisis mempunyai tiga arti Bertens 1979 yaitu:
1. untuk menunjukkan suatu metoda penelitian terhadap proses-proses psikis yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah;
2.  untukmenunjukkan suatu teknik untuk menyembuhkan gangguan-gangguan jiwa yang dialami pasien neurosis;
3.  untuk menunjukkan seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metoda dan teknik tersebut.  
a. Struktur Kepribadian
Menurut Freud (Alwisol, 2005:17), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yaitu: sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious).
 Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich yang memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri.
 
1. das Es (the Id) 
Adalah aspek biologis kepribadian yang paling dasar, sistem didalamnya terdapat naluri-naluri yang merupakan faktor bawaan. Das Es berfungsi untuk mempertahankan konstansi, maksudnya membawa seseorang dari keadaan yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan sehingga prinsip bekerjanya das Es adalah pleasure principle.
untuk mencapai tujuannya das Es memiliki dua macam proses, yaitu :
a. Tindakan-tindakan refleks adalah suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera.
b.  Proses primer yaitu dengan membentuk bayangan dari objek tertentu yang bisa mengurangi ketegangan.
2. Das Ich (the ego) 
Adalah aspek psikologis dari kepribadian yang terbentuk melalui hasil interaksi individu dengan realitas. Dalam aspek ini individu diarahkan pada kenyataan. Adapun proses yang ada pada das Ich yaitu proses sekunder (secondary process) yang bertindak sebagai penunjuk bagi kenyataan dan berperan sebagai penguji kenyataan atau reality tester serta dalam memainkan peranannya.
 das Ich melibatkan fungsi psikologis yang tinggi yaitu fungsi intelektual (Koeswara, 1991:34).


 3.  Das Ueber Ich (the super ego)
Adalah aspek sosiologis dari kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normative. Menurut Freud Das Ueber Ich terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu.
 aspek kepribadian ini berfungsi sebagai :
 a. pengendali das Es agar dorongan-dorongan das Es disalurkan dalam bentuk aktivitas yang dapat diterima masyarakat;
 b.  mengarahkan das ich pada tujuan-tujuan yang sesuai sengan prinsip moral;
 c.  mendorong individu pada kesempurnaan.
Dalam menjalankan  tugasnya das Ueber Ich dilengkapi dengan conscientia atau nurani dan egoideal.
b.  Dinamika Kepribadian
 Menurut Freud, dinamika kepribadian adalah bagaimana energi psikis didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich.
Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism) sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan das Es maupun untuk menghadapi tekanan das Ueber ich atas das Ich, dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi atau diredakan (Koeswara, 1991:46).
 7 macam mekanisme pertahanan ego menurut Freud adalah sebagai berikut :
1) Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan dengan cara menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam ketidaksadaran;
2)  Sublimasi, untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif das Es yang menjadi penyebab kecemasan kedalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima dan bahkan dihargai masyarakat;
3) Proyeksi, pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain;
4) Displacement, pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula;
5) Rasionalisasi, upaya individu memutarbalikan kenyataan yang mengancam ego melalui dialih tertentu yang seakan-akan masuk akal;
 6) Pembentukan reaksi, upaya mengatasi kecemasan karena individu memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara sebaliknya;
7) Regresi, upaya mengatasi kecemasan dengan bertingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
 c. Perkembangan Kepribadian
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
- Kematangan, adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia.
- Cara mengatasi ketegangan, ketegangan timbul karena adanya frustasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan melalui cara identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego.
2) Tahap-tahap perkembangan kepribadian         
  1. Fase oral (oral stage) : usia 0-18 bulan. Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut;
  2.  Fase anal (anal stage) : usia 18 bulan - 3 tahun. Bagian tubuh yang sensitif adalah anus;
  3. Fase laten (latencystage) : usia 6 tahun - masa pubertas. Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan;
  4. Fase genital (genital stage) : masa pubertas - selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.
    Sumber Referensi :
    - Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
    - Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian. Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang
    - Suryabarata, Sumadi. 2005. Psikologi Kepribadian. Jakarta: CV Rajawali
    - Koeswara, E. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco.
    - Semiun, Yustinus. 2006. Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius.
    - Boeree. C. G. 1997. Personality Theories: melacak kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia ( alih bahasa: Inyiak Ridwan Muzir). Yogyakarta: Primashopie